KARAWANG, Lingkar.news – Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Karawang Asep Hazar menyebutkan, areal sawah seluas lebih dari 1.000 hektare di Kabupaten Karawang dilanda kekeringan.
Sawah yang dilanda kekeringan itu tersebar di sejumlah kecamatan seperti di Kecamatan Rawamerta, Banyusari, Cibuaya, Pakisjaya, Majalaya, Batujaya, Tirtajaya, Rengasdengklok, Pedes, Kutawaluya.
Namun areal sawah yang dilanda kekeringan parah terjadi di Kecamatan Banyusari dan Pakisjaya.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan juga menyebutkan areal sawah di sejumlah daerah sekitar Karawang selatan “menganggur” atau tidak bisa ditanami padi pada musim kemarau karena kesulitan air.
Areal sawah yang tidak bisa ditanami pada musim kemarau ini di antaranya tersebar di wilayah Karawang selatan, seperti di Kecamatan Pangkalan, Tegalwaru dan Kecamatan Telukjambe Barat. Sawah di daerah itu tidak bisa ditanami karena merupakan sawah tadah hujan.
Selain itu, embung-embung yang ada di wilayah Karawang selatan sudah mengering pada musim kemarau panjang ini. Sehingga areal sawah yang ada di daerah itu tidak bisa ditanami pada musim kemarau.
Kendati begitu Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana, menyebutkan pasokan air untuk mengairi areal persawahan pada musim kemarau saat ini masih cukup dan aman.
“Pasokan air untuk mengairi areal sawah di Karawang dipastikan aman hingga beberapa bulan ke depan,” ujarnya, pada awal September 2023.
Bupati Cellica menyampaikan, pihaknya sebelumnya telah berkoordinasi dengan Perusahaan Jasa Tirta (PJT) II Jatiluhur terkait dengan ketersediaan air untuk areal persawahan.
“Alhamdulillah, untuk Karawang PJT telah memastikan suplai air untuk sawah aman sampai Desember nanti, dengan cakupan 97,4 mdpl,” jelasnya.
Walaupun ada penurunan debit air di saluran irigasi, namun penurunannya hanya 1 centimeter per hari. Jadi Karawang kemungkinan tidak akan kekurangan air untuk mengairi areal persawahan.
Namun menurut Bupati Cellica persoalan yang kini dihadapi yaitu pendangkalan saluran irigasi akibat sedimentasi lumpur dan sampah.
“Persoalan yang ditemui ialah terkait dengan sedimentasi lumpur dan sampah di saluran irigasi dan saluran pembuang. Kini persoalan itu sedang dalam penanganan,” terangnya.
Atas persoalan itu, dirinya berharap pemerintah pusat membantu memperbaiki kerusakan sejumlah sarana pengairan untuk pertanian seperti irigasi, embung dan sodetan.
“Sarana pengairan yang rusak harus diperbaiki agar sawah-sawah kita tidak kekeringan pada musim kemarau, demi menjaga ketahanan pangan nasional,” sambungnya. (Lingkar Network | Anta – Lingkar.news)