lingkarjabar.id

Kasus Keracunan MBG Juga Terjadi di Sumedang, 70 Siswa Dirawat

SUMEDANG, Lingkar.news Dapur penyedia makanan program makan bergizi gratis (MBG) di Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat ditutup sementara, menyusul insiden keracunan.

Seblumnya, puluhan siswa mengalami keracunan usai mengonsumsi makanan program MBG pada Kamis, 25 September 2025.

“Kami langsung melakukan langkah antisipasi dengan menghentikan sementara kegiatan MBG di Ujungjaya untuk dievaluasi,” kata Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir di Sumedang, Jumat, 26 September 2025.

Bupati Sumedang juga memastikan seluruh pasien korban keracunan MBG sudah mendapat penanganan medis cepat dan intensif.

Hingga kini tercatat sekitar 70 orang dirawat di beberapa puskesmas, antara lain di Ujungjaya, Tomo, dan Cimalaka.

“Tenaga medis kami hadir untuk merawat, memberikan perhatian, dan pemantauan secara intensif. Jangan panik, pemerintah hadir untuk berikhtiar menyembuhkan para pasien,” terangnya.

Pemprov Jabar Patikan Korban Keracunan MBG di Bandung Barat Tertangani

Menurutnya, kebutuhan pasien mulai dari tenaga medis, obat-obatan, perawat, hingga ambulans telah terpenuhi.

Meski sejumlah pasien sempat dirawat di lorong puskesmas akibat keterbatasan ruang, Pemkab Sumedang memastikan fasilitas perawatan akan terus diperbaiki.

Bupati Dony juga menegaskan seluruh biaya pengobatan akibat keracunan MBG ditanggung sepenuhnya pemerintah daerah.

“Besok seluruh kepala SPPG akan kami undang untuk membahas masalah ini. Ahli gizi juga kami turunkan dan camat saya instruksikan untuk memonitor langsung agar SOP dijalankan dengan baik, sehingga kejadian serupa tidak terulang,” ujarnya.

Kasus Keracunan MBG di Cianjur, Hasil Uji Lab Temukan 2 Jenis Bakteri Berbahaya

Keracunan MBG diduga karena masalah penyimpanan makanan

Sementara itu Wakil Bupati (Wabup) Sumedang M. Fajar Aldila menjelaskan seluruh siswa yang terdampak kini dilaporkan sudah membaik setelah mendapat perawatan intensif.

Fajar menyampaikan pemkab segera melakukan evaluasi menyeluruh terhadap proses makanan MBG, mulai dari kebersihan dapur penyedia makanan hingga distribusi.

Menurutnya, satu faktor yang diduga menjadi risiko adalah makanan yang terlalu lama disimpan sebelum dikirim ke sekolah.

“Program MBG ini sangat bagus untuk anak-anak, tapi jangan sampai kualitas dan kebersihan makanannya luput dari pengawasan. Ini yang akan kami kaji dan mitigasi agar kejadian serupa tidak terulang,” tuturnya.

Selain itu pihaknya juga akan mengevaluasi kemungkinan adanya siswa dengan riwayat alergi terhadap bahan makanan tertentu, termasuk seafood yang digunakan dalam menu olahan dimsum.

“Kami akan memperketat standar, termasuk jumlah maksimal cakupan siswa per penyedia makanan. Yang terpenting kualitas dan higienitas makanannya harus benar-benar dijaga,” ucapnya.

Ia memastikan pemantauan lapangan akan terus dilakukan sekaligus memperkuat regulasi agar Program MBG dapat berjalan aman, sehat, dan berkelanjutan.

Jurnalis: Rara
Editor: Ulfa Puspa

Exit mobile version